Sabtu, 24 April 2010

Neoplasma

Berhubung mau ujian PA dan gw bacanya PA, jadi gw mau posting tentang PA (kata pembuka yang tidak penting)...

Tubuh kita setiap harinya selalu terpapar oleh berbagai benda dari luar, bisa berupa radiasi, bahan-bahan kimia dan agen biologis seperti virus, bakteri dan lain-lain. Apabila rangsang yang kita terima ini berlangsung lama dan terus-menerus, maka tubuh akan melakukan adaptasi, tidak terkecuali di tingkat sel. Neoplasma adalah pertumbuhan sel yang tidak mengikuti aturan normal, tidak terkontrol, tidak terkoordinasi, tumbuh berlebih-lebihan atau immortal sehingga terjadi suatu benjolan (tumor). Dalam istilah klinik tumor berarti benjolan, namun tidak spesifik untuk neoplasma saja, tetapi juga untuk perdarahan dan oedem (penumpukan cairan di tempat-tempat tertentu).

Neoplasma ini sudah dalam tingkat irreversibel, walaupun rangsangan dihilangkan sel tidak akan kembali secara alamiah, berbeda apabila masih dalam tingkat reversibel (hipertrofi, hiperplasi, metaplasi, displasia). Neoplasma diawali dengan sel normal yang kemudian mengalami displasia yaitu sel yang mengalami perubahan bentuk secara individual dan kehilangan orientasi struktural dan diikuti pertambahan sel yang banyak. Kemudian sel yang mengalami displasia (preganas)ini kemudian memiliki potensial untuk berubah menjadi neoplasma. Neoplasma dibagi menjadi 2 jenis, yaitu neoplama jinak (benigna) dan neoplasma ganas/kanker (maligna). Neoplasma jinak pertumbuhannya lambat, berkapsul, expansi atau menekan, tidak metastasis, tidak kambuh setelah dioperasi dan secara mikroskopik bentuk sel masih menyerupai sel asal.
Neoplasma ganas (maligna) pertumbuha cepat, infiltrasi ke jaringan, metastasis, kadang kambuh setelah operasi dan secara mikroskopik ditemukan sel ganas. Ciri-ciri sel ganas adalah:
1. pleiomorfi (bentuk bermacam-macam), anisositosis, anisokariosis, Giant cell,
bizzare (aneh)
2. ratio inti sitoplasma meningkat
3. hiperkromatik, penebalan membran inti tidak merata
4. ribosom banyak, retikulum endoplasma kasar sedikit, bentuk mitokondria
bermacam-macam
5. mitosis
6. ditemukannya antigen tumor (protoonkogen)

Dalam tingkat molekuler, normalnya pertumbuhan sel kita ini diatur dalam suatu siklus yang disebut siklus sel yang mana diatur oleh protein CYKLIN dengan enzim CYCLIN DEPENDENT KINASE (CDK) serta dihambat oleh CYCLIN DEPENDENT KINASE INHIBITOR (CDKI). Namun dalam neoplasma siklus ini tidak terjadi karena terjadi pertumbuhan sel yang tak terkontrol dan tak terkoordinasi.



Ada 4 gen yang berperan dalam neoplasia, yaitu
1. protoonkogen (memacu proliferasi sel)
2. tumor supressor gen (salah satu jenis dari CDKI)
3. repair gen
4. apoptosis gen (ex: c-myc, p-53, bcl-2)
Neoplasma terjadi akibat mutasi gen (perubahan urutan nukleotida)--> mRNA berubah --> menghasilkan protein abnormal yang disebut protoonkogen (antigen tumor)--> memicu mitosis sel --> sel tumbuh berlebih-lebihan.
Antigen tumor ini terdapat pada penderita yang mengalami neoplasma, pada orang normal antigen tumor ini tidak ada. Antigen ini bukan digunakan untuk diagnosis tumor, malainkan hanya sebagai monitoring tindakan medis yang telah dilakukan. Misalnya setelah dilakukan operasi masih ditemukan antigen tumor dalam DNA penderita, berarti menunjukkan adanya rekurensi atau kambuh.


maaf kalau kurang memuaskan
sumber: kuliah Patologi Anatomi
hidup PA!!!!!!!!!

Jumat, 23 April 2010

Reaksi Hipersensitifitas







Mencoba mengikuti jejak 2 teman kita dengan blog yang edukatif yaitu Bang Jon dan Shila, gw juga mau ikut dong...tp maaf ne sebelumnya kalo gambarnya aq motong sendiri, aq cari2 gak ada... Tp ini bagus banget lho penjelasannya mengenai reaksi hipersensitifitas tipe cepat dan lambat.
Nanti akhirnya granule content, PG dan leukotrien tu menghasilkan IMMEDIATE RESPONSE (vasodilatasi, kebocoran plasma dan spasme otot. Pada alergi IMMEDIATE RESPONSE ini yang langsung keluar saat kita terpapar allergen, tapi LATE-PHASE RESPONSE yang menyebabkan setelah 2-8 jam timbul alergi lagi. Oiya nantinya salah satu granule content yaitu IL-5 dan Leukotrien B bersama-sama merangsang pengeluaran eosinofil lho,itu sebabnya eosinofil meningkat pada keadaan alergi.


Reaksi hipersensitifitas itu sendiri ada 4 macam, yaitu Immediate (type I), Antibody-mediated (type II), Immune complex-mediated (type III)dan T-cell-mediated (type IV).
Banyak pertanyaan mengenai apakah alergi ini merupakan suatu sifat yang dapat diturunkan, namun sampai sekarang masih dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengapa reksi hipersensitivitas pada setiap individu tidak sama lebih-lebih belum diketahui pola pemunculan sifat tersebut. Penelitian lain membuktikan bahwa anak kembar identik memiliki persamaan kesensitifan hanya sebesar 90%.